MENGEMBALIKAN SOLO “BERSERI”

Bookmark and Share


Kebersihan merupakan salah satu hal yang pasti didambakan bagi setiap orang. Dengan kebersihan akan tercipta kenyamanan. Bahkan kebersihan itu sebagian dari iman, hal ini jelas bahwa agama mengajarkan kita untuk senantiasa berperilaku bersih baik dalam diri maupun lingkungan kita. Penampilan orang yang bersih mencerminkan kepribadian orang itu sendiri, dan kebersihan suatu kota mencerminkan perilaku warganya.


Menyinggung tentang kebersihan kota, itulah hal yang harus diperhatikan secara serius. Kota yang bersih tentu menjadi daya tarik tersendiri. Dulu kebersihan kota ini selalu diperhatikan, pemerintah akan memberikan penghargaan Adipura untuk kota yang bersih, kota Solo atau Surakarta ialah salah satunya. Mewujudkan kota Solo yang bersih dan Nyaman adalah wajib mengingat semboyan Solo “Berseri” yang artinya Bersih Sehat Rapi Indah. Ini menunjukkan bahwa pendahulu kita senantiasa mengutamakan kebersihan sebagai cermin budaya Solo.


Lalu, apa yang menjadi masalah kebersihan dari kota Solo. Saya memang bukan warga Solo, tetapi sebagai orang yang berkecimpung di Solo saya merasa ikut memiliki Solo. Setelah saya amati ternyata memang banyak yang harus diperhatikan dan segera diambil tindakan oleh Pemerintah Kota agar Solo kembali bersih. Kita lihat saja di manapun terdapat trotoar di situlah digunakan untuk PKL, parkir, pengemis, tempat barang dll. Fungsi trotoar untuk pejalan kaki tampaknya sudah tidak ada lagi. Padahal tujuan dibangun trotoar ialah untuk akses para pejalan kaki. Jika dibiarkan, anak cucu kita pasti tidak mengetahui fungsi trotoar yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu bahwa trotoar digunakan untuk berdagang atau lahan parkir.


Tidak hanya itu munculnya para pengemis, pengamen, gelandangan di setiap lampu merah juga ikut “mengotori” wajah kota. Tidak hanya di Solo, kota lain di Indonesia pun saya rasa juga ada. Sungguh tragis nasib kota yang kebersihannya harus dikotori oleh hal-hal semacam itu.Fenomena baru yang muncul baru-baru ini ialah munculnya anak-anak punk di sepanjang jalan kota Solo antara lain di Jalan Slamet Riyadi dan Adi Sucipto. Tidak tahu persis dari mana mereka dan mau ke mana. Selama ini sosok punk identik dengan kenakalan remaja, terlebih lagi mereka terkesan liar. Lalu apakah itu pantas dibiarkan saja di kota Solo yang secara PeDe menamakan diri sebagai Kota Budaya ? Perlu tindakan segera dari Pemerintah kota untuk segera “membersihkan” kota, sehingga kenyamanannya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat.


4_er ^^

{ 0 comments... Views All / Send Comment! }